Cari Blog Ini

PRAMUKA SMADI NEWS




Hari Al Quds atau Jumat-ul-Wida (Jumaat terakhir Ramadhan)
Nama Palestin selama puluhan tahun mengingatkan kepedihan dan ketertindasan rakyat Palestin. Bangsa yang diusir dari tanah airnya harus menerima kepahitan hidup di pengasingan, sementara mereka yang tetap bertahan harus menerima kebiadaban dan kekejaman Zionis Israel setiap harinya. Tanah air Palestin telah dijajah selama 60 tahun oleh Rezim Zionis Israel, namun ironisnya dunia Islam sampai saat ini tidak mampu mengambil tindakan serius guna membebaskan Palestina dan Al-Quds.

Imam Khomeini ra senantiasa memperingatkan dunia Islam akan keadaan memprihatinkan yang dihadapi rakyat tertindas Palestin dan bahaya Zionis Israel. Sejak puluhan tahun yang lalu Imam Khomeini ra berusaha memotivasi dunia Islam agar fokus terhadap masalah pembebasan Palestin. Beliau mengambil langkah mengajak seluruh umat Islam di dunia melakukan unjuk rasa mendukung rakyat Palestin di Jumat terakhir bulan Ramadhan. Imam Khomeini ra, pendiri Republik Islam Iran melontarkan ideanya hanya beberapa bulan selepas kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. Sikap Imam Khomeini menunjukkan Republik Islam Iran sejak awal adalah pendukung mutlak rakyat Palestina. Usulan itu hingga kini ditindak lanjuti dalam berbagai bentuk dan menjadi titik temu solidaritas kaum muslim sedunia pendukung rakyat Palestina.

Imam Khomeini ra dalam pesannya tahun 1979 kepada kaum muslim menjelaskan alasannya sebagai berikut:"Saya menginginkan seluruh umat Islam sedunia dan negara-negara Islam harus bersatu guna memotong tangan para penjarah (Rezim Zionis Israel) dan para pendukung mereka. Saya mengajak seluruh umat Islam menjadikan Jumat terakhir bulan Ramadhan sebagai hari solidaritas umat Islam sedunia guna mendukung hak-hak rakyat muslim Palestina."Sejatinya dukungan terhadap rakyat tertindas Palestina punya akar yang kuat dalam Islam dan al-Quran. Karena Islam menekankan pembelaan terhadap orang yang tertindas sekalipun bukan umat Islam.

Al-Quran menegur umat Islam karena tidak membela rakyat lemah dan tertindas dari cengkeraman orang-orang zalim. Rasulullan saw dalam sebuah hadisnya bersabda: "Siapa yang mendengarkan suara seseorang yang meminta tolong kepada muslim lainnya dan tidak membantunya, maka ia bukan seorang muslim." Dengan berbagai argumentasi yang ada, maka setiap muslim di berbagai penjuru dunia punya kewajiban membantu orang-orang tertindas, khususnya bangsa Palestina yang bertahun-tahun berada di bawah kezaliman dan kebiadan Rezim Zionis Israel.


Selama 60 tahun dijajah hingga kini warga Palestin berada dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Jutaan warga Palestin menjadi mangsa kekejaman, sementara puluhan ribu lainnya berada di penjara-penjara Zionis Israel dengan menanggung siksaan yang di luar batas perikemanusiaan. Dapat dikata setiap harinya militer Zionis Israel mensyahidkan atau mencederai sejumlah rakyat Palestin. Selain itu, Zionis Israel sejak tahun lalu memblokade Jalur Gaza dengan dukungan Amerika. Dampaknya warga Jalur Gaza tidak mendapat saluran bahan makanan, ubat-ubatan dan bahan bakar. Untungnya beberapa waktu terakhir ini tekanan masyarakat internasional dan perlawanan Palestina terhadap Zionis Israel membuat mereka agak melonggarkan blokade Gaza.
Di sisi lain, Zionis Israel terus gencar membangunkan pemukiman-pemukiman zionis di Palestin pendudukan, khususnya Baitul Maqdis. Harapan mereka, percepatan pembangunan pemukiman zionis mampu mengubah kota Baitul Maqdis menjadi sebuah kota zionis. Mereka juga terus melakukan penggalian terowongan-terowongan dan berbagai tindakan lainnya guna menghancurkan Masjidil Aqsa secara perlahan-lahan. Masjidil Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam .

Point penting yang perlu dicermati dari kejahatan Rezim Zionis Israel adalah dukungan negara-negara Barat yang selalu mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia. Namun hegemoni Amerika dan sebagian negara-negara Eropa terhadap lembaga-lembaga internasional membuat warga Palestina tidak mendapat dukungan yang sepatutnya dari badan-badan internasional. Bahkan ketika warga Palestina melawan Zionis Israel dengan tujuan membela dirinya, negara-negara dan media-media Barat menyebut upaya membela diri sebagai aksi terorisme dan mengecamnya. Kenyataan ini membuat mereka yang mengikuti perkembangan kondisi Palestina tahu betul betapa ketertindasan rakyat Palestina berkali-kali lipat. Itulah mengapa warga tertindas Palestina hanya dapat berharap banyak dari bantuan dunia Islam.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatollah Al-Udzma Khamenei menekankan umat Islam bertanggung jawab akan kondisi rakyat Palestina. Kepada rakyat Palestina Rahbar berkata: "Umat Islam punya kewajiban membantu kalian (warga Palestina) melanjutkan perjuangan yang penuh berkah ini." Terkait dengan bantuan apa yang dapat dilakukan oleh dunia Islam Rahbar berkata: "Apa yang dapat dilakukan umat Islam? Mereka bisa turun ke jalan-jalan melakukan unjuk rasa dengan mengepalkan tinjunya kepada perjuangan rakyat Palestina dan katakan bahwa kami mendukung kalian. Perbuatan ini sudah termasuk bantuan besar dan mampu membesarkan hati rakyat Palestina".Oleh karenanya unjuk rasa di Hari Quds Sedunia merupakan bantuan terkecil yang dapat dilakukan oleh umat Islam sedunia guna mendukung saudara-saudara Palestina mereka. Namun kini aksi kecil ini punya berkah yang luar biasa.

Peringatan Hari Quds Sedunia setiap tahunnya yang dilakukan dengan aksi unjuk rasa sejatinya peringatan bagi Rezim Zionis Israel dan para pendukungnya. Aksi itu sebagai bukti solidaritas umat Islam sedunia yang menandakan rakyat Palestina tidak sendiri. Aksi itu menunjukkan umat Islam sedunia mendukung cita-cita bangsa Palestina yang menginginkan hak-haknya. Selain itu, peringatan Hari Quds Sedunia mampu membesarkan hati bangsa Palestina agar lebih tegar dan kukuh menuntut hak-hak legalnya.Kini tekad dan perlawanan yang ditunjukkan rakyat Palestina dengan dukungan umat Islam internasional membuat Rezim Zionis Israel semakin lemah dan rapuh.

Sekalipun setiap harinya mereka membantai rakyat Palestina dan menekan sektor ekonomi dan politik mereka, namun banyak bukti yang menunjukkan proses kehancuran Rezim Zionis Israel telah dimulai sejak beberapa waktu lalu. Para pejuang Palestina bahkan mampu membalas serangan militer Zionis Israel dan memaksa militer rezim ini mundur dari Jalur Gaza. Di sisi lain, militer Zionis Israel yang mengaku sebagai angkatan bersenjata terkuat di Timur Tengah selama 6 tahun telah dua kali menjadi pecundang menghadapi para pejuang Hizbullah Lebanon.Rezim Zionis Israel sendiri punya masalah internal yang cukup parah. Tingginya angka imigrasi orang-orang zionis dari Palestina pendudukan sangat mengkhawatirkan para pemimpin zionis.

Belum lagi kejahatan sosial dan kebejatan moral telah menghancurkan sendi-sendi masyarakat zionis. Lebih penting dari itu, para pejabat Rezim Zionis Israel tersandung berbagai skandal mulai dari ekonomi, politik dan moral. Ini semua membuat rakyat Zionis Israel tidak percaya dengan para pemimpinnya.Dengan dasar ini Ehud Olmert di hari-hari terakhir jabatannya menyatakan: "Ide Israel Raya telah berakhir apa lagi eksistensinya. Siapa saja saja yang masih berbicara mengenai masalah ini berarti telah membohongi dirinya." Padahal beberapa tahun lalu, orang-orang zionis berdasarkan khayalan generasi awal para pemimpin zionis menuntut perluasan teritorial Zionis Israel dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Furat di Irak.Peringatan Hari Quds Sedunia sebenarnya bukti persatuan umat Islam sedunia.
Di akhir Jumat bulan Ramadhan umat Islam menunjukkan kepada musuh dan penjajah Palestina bahwa mereka bersatu mendukung warga Palestina. Selain itu, peringatan Hari Quds Sedunia menceritakan sebuah kenyataan lain bahwa majoriti negara-negara dunia, khususnya dunia Arab tidak memperhatikan penderitaan rakyat Palestina. Bila negara-negara Arab punya tekad serius bersatu membantu warga Palestina, niscaya banyak masalah yang menimpa rakyat Palestina dapat diselesaikan. Sayangnya sebagian negara-negara Arab bukan saja tidak berusaha membantu meringankan penderitaan rakyat Palestina yang nota bene bagian dari bangsa Arab, mereka bahkan mengulurkan tangan persahabatan dengan Rezim Zionis Israel baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sikap ini membuat mereka praktis menjadi musuh rakyat mereka sendiri dan juga warga Palestina.

Kembali kepada ajaran Islam, Allah telah menjanjikan kemenangan kepada mereka yang melawan kezaliman dan agresif. Sekalipun Palestina berada di titik paling membara dari dunia Islam, namun tidak adanya perlawanan di sana bakal mengancam seluruh dunia Islam. Kekuatan imperialis tidak akan segan-segan mencaplok bagian dunia Islam lainnya. Oleh karena itu Ayatollah Sayyid Ali Khamenei mengatakan: "Kini seluruh dunia Islam harus melihat masalah Palestina sebagai masalahnya". Ini adalah kunci yang mampu membuka pintu-pintu kemenangan kepada umat Islam. (irib)

"Saya mengundang umat Islam seluruh dunia untuk menguduskan hari Jumat terakhir bulan suci Ramadhan sebagai "Hari Quds" dan untuk mewartakan Muslim solidaritas internasional untuk mendukung hak-hak sah rakyat Muslim Palestina." - Imam Khomeini (RA), Ramadhan 1399AH (August 1979)

Jumat, 09 April 2010

Oleh: Simon Ali Yasir

Hingga kini banyak sekali umat Muslim yang beranggapan bahwa Injil Barnabas adalah Injil yang asli, sedemikian rupa keyakinan itu hingga mereka menafsirkan Qur’an Suci – khususnya tentang penYaliban Yesus – dengan menjadikan Injil tersebut sebagai hakim bagi Qur’an Suci. karena mereka beranggapan bahwa yang disalib itu bukan Yesus melainkan Yudas Iskariot dan Yesus itu sendiri diselamatkan dengan diangkat kelangit kedua dengan badan wadagnya. Kini yang menjadi pertanyaan benarkah Injil Barnabas itu asli?, bukankah hanya kitab Al-Quran saja yang kemurniannya dijaga oleh Allah Ta’ala?

Injil Barnabas menurut Qur’an Suci

“Dan sebagian mereka buta huruf; mereka tak tahu Kitab, selain (dari) desas-desus dan mereka hanya mengira-ngira saja. Maka celaka sekali orang yang menulis Kitab dengan tangan mereka, lalu berkata: Ini adalah dari Allah; agar mereka memperoleh harga yang rendah sebagai pengganti ini. Maka celaka sekali mereka, karena apa yang mereka tulis dengan tangan mereka, dan celaka sekali mereka, karena apa yang mereka usahakan” (2:78-79)

Sangatlah tepat gambaran Qur’an Suci tentang kitab Suci yang sudah-sudah bahwa pengetahuan mereka tentang Kitab (ajaran) tersebut adalah dari desas-desus dan perkiraan saja hal ini diakui oleh Injil Lukas

“Teofilus yang mulia, banyak orang yang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar” (Lukas 1:1-4)

dari penuturan Lukas tersebut dapat disimpulkan:

* 1. sejak zaman permulaan kekristenan telah banyak disusun Injil: banyak orang yang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita,…”
* 2. Injil itu disusun berdasarkan Cerita dari mulut ke mulut yang fokusnya adalah pelajaran Al-Masih sang Firman: yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman”.
* 3. Injil Lukas disusun dengan cara ambil sana ambil sini yang dianggapnya benar:” Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,….”

Kitab Suci yang ditulis langsung, dibaca lalu diamalkan hanyalah Qur’an Suci (80:11-16; 75:17-19). Sebelum Qur’an Suci ajaran-ajaran kitab-Kitab suci sebelumnya tak pernah langsung ditulis dibawah pengawasan sang Nabiyullahnya melainkan hanya berupa cerita-cerita dari mulut-kemulut saja selang beberapa tahun dari wafat / hijrahnya Nabi tersebut barulah ajaran-ajaran yang berdasarkan perkiraan dan yang berasal dari desas-desus tersebut dibukukan. Hal ini termasuk pula Injil Barnabas. Bila Injil Barnabas itu asli (Suci) maka tak mungkin Qur’an Suci menyama ratakan bahwa semua kitab-kitab suci yang terdahulu itu telah rusak dan tak mungkin pula Qur’an Suci menobatkan dirinya sebagai penjaga ajaran yang masih asli dan yang membetulkan dari kesalahan-kesalahan Kitab Suci yang terdahulu:

“Kami menurunkan kepada engkau Kitab dengan kebenaran, yang membetulkan Kitab yang ada sebelumnya, dan yang menjaganya” (5:48)

Jelaslah kiranya bahwa menurut Qur’an Suci tak ada Kitab Suci yang masih murni (suci) selain Kitab Suci Al-Qur’an itu sendiri.

Injil Barnabas ditulis sesudah tahun 1300 Masehi

Injil Barnabas terjemahan Rahnip M., B.A. didasarkan atas Injil Barnabas bahasa Inggris yang merupakan terjemahan dari naskah bahasa Itali yang ditemukan di Perpustakaan Negara di Wina. Terjemahan ke dalam bahasa Inggris oleh Ragg dan Laura Ragg pada tahun 1907 (di Oxford, at the Clarendon Press). Sedangkan terjemahan Abu-Bakar-Basymeleh didasarkan atas Injil Barnabas berbahasa Arab oleh seorang terkemuka Dr. Kholil Saadah dalam tahun 1908, yang juga berasal dari naskah Itali di perpustakaan Wina itu. Jadi kedua terjemahan Indonesia yang berasal dari terjemahan Inggris dan Arab sama-sama bersumber pada terjemahan bahasa Itali. Menurut Dr. Khalil Saadah, naskah Itali yang tersimpan di perpustakaan negara di Wina itu berasal dari Amsterdam, yang diduga keras naskah itu berasal dari Spanyol. Hubungan dagang Amsterdam-Venesia saat itu sangat ramai. (Injil barnabas ditulis dalam bahasa Itali yang bercampur dengan dialek Toscan dan Venezian). Uraian mendalam silahkan membaca “Mukaddimah” oleh Dr. Kholil Saadah dalam Injil barnabas hal. x-xxxvii.

Keluarnya Injil Barnabas dari perpustakaan Paus Sixtus V diceritakan oleh Mustafa de Aranda dalam Kata Pengantar edisi Spanyol. Ia menguraikan riwayat Fra Marina seperti dinukil oleh Prof. K.H. Anwar Musaddad sebagai berikut:

“Ada seorang Uskup bernama Fra Marino yang hidup pada abad 16. Ia sangat rindu untuk membaca Injil Barnabas karena Barnabas itu adalah murid Yesus sendiri dan pernah bersama-sama dengan Paulus mengadakan misi-misi perjalanan tapi kemudian berpisah dengan Paulus karena ada segi-segi pertentangan paham yang sangat prinsipal antara keduanya”.

Pada suatu ketika Uskup itu berkunjung ke istana Paus Sixtus V (1521-1590) dan mungkin karena terlalu lelah, maka Paus tertidur di muka tamunnya. Guna memanfaatkan waktu, Fra Marino masuk ke perpustakaan Paus untuk menghabiskan waktunya dengan membaca. Secara kebetulan tangannya terpegang pada Injil Barnabas yang dirinduinya. Dengan penuh perhatian ia membaca beberapa halaman sedang dalam hatinya berharap untuk membaca sampai tamat. Karena ia berkeyakinan bahwa kitab yang sangat berharga itu tidak mungkin boleh dipinjamnya, maka timbullah fikiran untuk mencurinya. Dengan rapih sekali Kitab itu disembunyikan dalam mantelnya. Begitu Paus bangun, ia pamitan pulang.

Di rumah dibacanya Injil itu dan akhirnya ia spontan memeluk agama Islam” (Kedudukan Injil Barnabas menurut Pandangan Islam, hal 21)

Uraian Anwar Musaddad sepintas lalu memberi kesan bahwa Injil Barnabas yang muncul dalam perpustakaan Paus Sixtus V yang sekarang tersimpan di perpustakaan negara Wina adalah Injil Barnabas yang termasuk Injil yang terlarang menurut tiga dektrit Gereja tersebut. Akan tetapi menurut penyelidikan, terutama penyelidik Kristiani, urain di atas diangaggapnya sebagai kabar burung atau isapan jempol belaka. Naskah Injil Barnabas di perpustakaan negara Wina bukanlah tulisan tangan Barnabas murid Yesus Kristus, sebab bahasa Itali menjadi bahasa tulisan. Demikian pula berdasarkan kertas dan cap air (water mark) yang digunakan, juga membuktikan bahwa umur Injil itu tak sezaman dengan Yesus Kristus. Akan lebih jelas lagi jika memperhatikan isinya. Dalam pasa 82-83 disinggung tentang tahun Yobel yang dirayakan sekali dalam 100 tahun. Menurut Imamat 25:8-55 dan 27:16-25 tahun Yobel dirayakan sekali dalam 50 tahun dan ketentuan ini tak diubah oleh Yesus. Baru pada tahun 1300 Paus Banifacius VIII memerintahkan agar tahun Yobel dirayakan sekali dalam 100 tahun. Nah, dengan demikian terang sekali bahwa Injil Barnabas ditulis pasti sesudah tahun 1300 Masehi. Jauh lebih muda usianya degan Injil-injil perjanjian baru.
Siapa Penulis Injil Banabas ?

Tulisan Bishop Irenaeus (120-202 M), seorang berasal dari Smyma yang kemudian menjabat bishop di kota Lyon pada tahun 177 M, ada menyebut-nyebut Injil Barnaba (Gospel of Barnabs). Beberapa fragmen dari tulisan Bishop Irenaeus yang ditemukan itu berjudul Adverse Haereses.

Sedangkan ensiklike tentang, Bacaan Terlarang yang diumumkan oleh Paus Glasius I (492-496 M) pada tahun 492 M, mencantumkan nama Injil Barnaba. Jadi, Inijil Barnaba, itu pada masa dulu memang ada, tapi belakangan lenyap dari peredaran dan tidak ditemukan pada abad-abad berikutnya. Injil Barnaba itu pada masa dulu, jikalau tidak menggunakan bahasa Ibrani ataupun bahasa Aramik, maka setidak-tidaknya menggunakan bahasa Grik.

Pada abad ke-16 masehi ditemukan naskah Injil Barnabas menggunakan Ibahasa Itali. Konon seorang Frather menemukannya dalam Vatican Library dan menyelundupkannya keluar. Pada pinggir-pinggir halaman dijumpai catatan-catatan seseorang mempergunakan bahasa Arab. Naskah berbahasa Itali itu disalin belakangan ke dalam bahasa Sepanyol.
Pada tahun 1709 M, penasihat Raja Prussia bernama Craemer berkunjung ke Amsterdam dan di dalam perpustakaan seorang bangsawan tua disitu menjumpai naskah Injil Barnaba berbahasa Itali itu. Pada tahun 1713 M, naskah tersebut diserahkannya kepada Prins Jugend Savoy; dan pada tahun 1738 M, perpustakaan milik Prins Jugend itu dipindahkan kepada Perpustakaan Kerajaan di Wina. Disitulah naskah itu dijumpai kembali dan disalin oleh seorang sarjana Inggris ke dalam bahasa Inggris.

Belakangan dijumpai lagi naskah Injil Barnaba berbahasa Sepanyol, dipinjam Dr. Holm dari Hardley di Hampshire, seorang Orientalist, dan naskah itu kemudian pindah tangan kepada Dr. Minkhauss, seorang anggota King’s College di Oxford, lalu menyalinnya ke dalam bahasa Inggris.

Pada tahun 1784 M, naskah berbahasa Sepanyol dan salinannya ke dalam bahasa Inggeris diserahkan kepada Dr. White, yang memperbandingkannya dengan salinannya ke dalam bahasa Inggris dari naskah Itali, dan tidak menjumpai perbedaan isi antara kedua salinan itu.
Injil itu menyatakan Jesus Keristus tidak disalibkan karena yang tertangkap dan yang disalibkan itu adalah Judas Iskariot. Selanjutnya tidak ada menyebut-nyebut tentang Ilahiah dari Jesus Keristus.

Tentang keaslian isi Injil Barnaba dalam naskah berbahasa Itali itu, yakni salinannya kedalam bahasa Itali itu, merupakan tandatanya besar. Karena di dalam naskah berbahasa Itali itu nama Nabi Muhammad s.a.w. berkian kali disebutkan secara jelas dan nyata.
Penelitian terhadap jenis kertas yang digunakan beserta cara penjilidannya membuktikan bahwa naskah berbahasa Itali itu berasal dari masa sekitar Abad ke-16 masehi. Di dalam kemungkinan :

1. Keseluruhan isi Injil Bamaba itu bikinan seorang penulis Kristen, yang guna memikat hati seorang Penguasa pihak Islam pada masa itu, sengaja mempersembahkan karyanya itu; dan karena sesuatu peristiwa yang tidak diketahui lantas naskah berbahasa Itali itu jatuh pada akhirnya ke tangan pihak Vatikan.

2. Injil Bamabas yang asli itu ditemukan oleh seorang Kristen, yang kemudian memeluk agama Islam, lalu menyalinnya ke dalam bahasa Itali dan menambahkan Ayat-Ayat Sisipan mengenai Nabi Muhammad s.a.w.

Sampai kepada masa sekarang ini, permasalahan naskah Injil Barnaba berbahasa Italia itu belum memperoleh jawaban yang pasti. Kecuali jikalau sempat ditemukan kelak naskahnya yang berbahasa Grik hingga diperoleh suatu alat pembanding. Pihak dunia Kristen sendiri menolak akan keaslian Injil Barnaba itu.

Jika demikian siapakah penulis/pengarangnya? Menurut kesimpulan Drs. J.Slomp, pengarangnya adalah Fra Marino alias Mustafa de Aranda itu sendiri, karena kabar burung itu diisyaratkan dalam fasal 192 Injil barnabas itu sendiri. Agaknya ia seorang Yahudi berkebangsaan Spanyol yang dipaksa memeluk agama Roma Katolik, kemudian ia memeluk agama Islam; sebagaimana banyak orang lainnya dia meninggalkan Spanyol dan pergi ke Bologna (Italia), dan di kota itu dikarangnya Injil barnabas, baik dalam bahasa Italia mapun bahasa Spanyol. Sebagai bukti bahwa ia seorang Islam catatan-catatan pinggirnya berbahasa Arab dan kecaman-kecamannya terhadap Paulus dkk yang mirip-mirip dengan ajaran Islam; sedangkan bukti yang menunjukkan ke-Yahudiannya antaralain ia menolak Yesus sebagai Mesias yang di janjikan.

“Dari itu mereka telah mengutus orang-orang Lewi untuk menanyakan kepadanya, kata mereka: “Siapakah gerangan engkau?” Maka Yesus telah mengakui dengan menyatakan:”Sesungguhnya aku ini bukanlah Messias.” (Bar 42:1-7)

“Dan setelah sembahyang itu selesai, berkatalah imam dengan suara yang keras: ” Berhentilah Ya Yesus, sebab harus kami mengetahui siapakah gerangan engkau ini, demi untuk menenangkan Umat kita.” Yesus menjawab: “Aku Yesus anak Maryam dari keturunan Daud, seorang manusia yang pasti akan mati, takut kepada Allah dan menuntut agar kemuliaan dan penghormatan itu, tidak diberikan melainkan kepada Allah”. Imam itu menjawab : “Bahwa telah disuratkan dalam kitab Musa bahwa Tuhan kita akan mengutus untuk kita Messias yang akan datang buat memberitahukan kita tentang apa yang dikehendaki oleh Allah dan dia akan membawa rahmat Allah bagi (penduduk) bumi. Dari itu kuharap supaya engkau berkata benar kepada kami. Apakah engkau ini Messias Allah yang kami nanti-nantikan itu ?” Yesus menjawab: “Benar Allah telah menjanjikan demikian, akan tetapi aku ini bukanlah dia, karena dia itu tercipta sebelum aku, dan akan tiba sesudahku.”

….”Demi Allah yang aku berdiri di hadapan-Nya, bahwa sebenarnya aku ini bukanlah Messias yang sedang dinantikan oleh seluruh bangsa di muka bumi, seperti yang telah dijanjikan oleh Allah kepada bapak kita Ibrahim, Firman-Nya:” Dengan anak keturunanmu Aku akan memberkahi semua bangsa-bangsa di dunia”. (Bar 96:1-5,8).

Dari penuturan barnabas diatas kita dihadapkan oleh dua pilihan jikalau Injil Barnabas itu asli maka kita akan mengatakan bahwa wahyu Ilahi itu salah atau bahkan dusta (Na’uzubillah min dzalik) karena Qur’an Suci jelas-jelas menyatakan bahwa Yesus itu adalah Al-Masih/Mesias. Mungkinkah Allah salah atau Yesus – Nabiyullah yang maksum – telah mengeluarkan kata-kata yang menjijikan dengan berdusta kepada umatnya ??

Ayat Injil Barnabas yang tak masuk akal.

1. “Yesus menjawab: Dikala Allah menciptakan gumpalan dari tanah, kemudian meninggalkannya duapuluh lima ribu tahun tanpa mengerjakan sesuatu yang lain, tahulah Setan yang berkedudukan sebagai imam dan kepala dari para Malaikat itu dengan kecerdasan besar yang dimilikinya, bahwa Allah akan mengambil dari gumpalan itu seratus empat puluh empat ribu orang yang bergelar dengan gelar nubuat beserta Rasul Allah yang telah diciptakan rohnya sebelum segala sesuatu yang lain dengan enam puluh ribu tahun. Dari itu dia (setan) marah, maka dihasutnya para Malaikat, katanya: “Lihatlah pada suatu hari Allah akan menghendaki supaya kita sujud untuk tanah ini ” (Bar.35:6-9),

“karena itu Allah berfirman pada suatu hari di waktu para Malaikat telah berkumpul semuanya: “Semua yang telah memilih aku sebagai Tuhannya, harus segera sujud kepada segumpal tanah ini” (Bar 35:12)

“Adapun setan beserta mereka yang seperti dia, maka mereka berkata:” Ya Tuhan sesungguhnya kami ini adalah roh, dari itu bukanlah dari keadilan kami bersujud untuk tanah ini” (Bar 35:14)

“Ketika itu Allah berfirman:”Enyahlah kalian dari depanKu wahai kamu yang terkutuk, tidak ada padaKu lagi rahmat untuk kalian, “Dan ketika pergi, meludahlah setan kepada gumpalan tanah itu. Lalu Jibril membuang ludah itu beserta sedikit tanah, sehingga karena itu manusia mempunyai pusat diperutnya” (Bar 35:25-27)

Benarkah manusia berpusat karena Jibril membuang ludah setan dan sedikit tanah, maka ada lekukan di perut/pusat. Bukankah pusat manusia itu adalah bekas tali plasenta manusia semasih dalam rahim ibu ?

Kambing, kuda, lembu, kerbau, gajah dan seluruh hewan yang berkaki empat juga mempunyai pusat di perutnya, yang juga semula adalah tempat plasenta selama dalam perut induknya. Apakah itu karena Jibril membuang ludah setan dari mereka juga ?

2. “Dan setelah Malaikat Jibril membersihkan segumpal tanah yang telah diludahi oleh setan itu Allah telah menciptakan segala benda yang hidup dari segala jenis hewan yang terbang yang melata dan berenang. Dan telah menghiasi bumi ini dengan segala yang ada padanya. Pada suatu hari Setan itu mendekati pintu surga. Dan ketika itu ia melihat kuda sedang makan rumput, ia memberitahukan kepadanya bahwa apabila segumpal tanah itu mempunayi nyawa maka ia akan tertimpa kepayahan. Dari itu untuk kepentingannya (kuda) itu ia harus menginjak segumpal tanah itu dengan satu cara yang dapat menjadikan (gumpal tanah) itu tidak bisa digunakan untuk sesuatu. Maka bangkitlah kuda itu dan berlari-lari deras di atas gumpal tanah yang terletak di antara pokok-pokok cemara dan mawar itu. Kemudian Allah memberikan nyawa kepada bagian najis daripada gumpalan tanah yang terkena ludah Setan dan yang telah diambil oleh Malaikat Jibril dan dari pada gumpalan itu. Kemudian diciptakannlah anjing lalu ia menyalak dan menakutkan kuda itu sehingga lari” (Bar 39:4-12)

Dalam Bar 39:4 dikatakan semua hewan telah diciptakan setelah Jibril membuang tanah yang terkena ludah Setan. Tetapi koq anjing diciptakan sesudah kuda makan rumput, artinya anjing tidak serempak dijadikannya. Dan benarkah anjing itu diciptakan dari tanah unsur manusia ?, jika Injil Barnabas ini autentik, apakah hubungan biologis antara manusia dengan anjing ?

3. Dalam Barnabas 53:34-35 dikatakan :

“Dan ketika Yesus mengatakan demikian maka ditamparnyalah wajahnya dengan kedua tangannya. Kemudian ia memukul lantai dengan kepalanya, lalu ketika kepalanya diangkat ia berkata:”Hendaklah terkutuklah barang siapa yang menyisipkan dalam uraian-uraianku bahwa aku ini anak Allah”.

Mungkinkah orang yang berderajat Maksum akan berbuat hal yang demikian dihadapan murid-muridnya?. Autentikkah ini?

4. Dalam Injil Barnaba dikatakan: Yesus diangkat kelangit oleh 4 Malaikat (215:4-6). Dalam Barnaba 219:6-7 dikatakan Yesus dikembalikan kepada ibu dan murid-muridnya atas permintaaan Yesus. Dalam Barnabas 221:7 Yesus berkata: “Pergilah bersama ibunda kebukit zaitun. Karena aku akan naik ke langit dari sana juga (Bar 221:7-8). Kemudian diangkatlah dia oleh keempat Malaikat itu kelangit di depan mata mereka (Bar 221:23). Jadi Yesus naik kelangit 2 (dua) kali. Benarkah hal ini ??

injil barnabas

Sejarah tekstual

Pada umumnya para sarjana sepakat bahwa teks Barnabas yang disebutkan untuk pertama kalinya dalam salah satu dari dua manuskrip yang dikenal, dilaporkan terdapat dalam naskah Morisco BNM MS 9653 di Madrid, yang ditulis sekitar 1634 oleh Ibrahim al-Taybili di Tunisia. Ketika menggambarkan bagaimana, menurut pandangan nya, Alkitab meramalkan Muhammad, ia berbicara tentang "Injil Santo Barnabas di mana orang dapat menemukan terang" ("y asi mesmo en Elanjelio de San Barnabé donde de hallara luz"). Hal ini disebutkan kembali pada 1718 oleh deise Irlandia John Toland, dan disebutkan pada 1734 oleh George Sale dalam The Preliminary Discourse to the Koran:
Umat Islam juga mempunyai sebuah Injil dalam bahasaArab, yang dihubungkan dengan St. Barnabas, dan di dalamnya sejarah Yesus Kristus dikisahkan dalam cara yang sangat berbeda dengan apa yang kita temukan dalam Injil-injil sejati, dan sesuai dengan tradisi-tradisi yang telah diikuti oleh Muhammad di dalam Qur’annya. Tentang Injil ini, orang-orang Morisco di Afrika mempunyai sebuah terjemahannya dalam bahasa Spanyol; di perpustakaan Pangeran Eugene dari Savoy, terdapat sebuah naskah tua, yang mengandung terjemahan dalam bahasa Italia dari Injil yang sama, yang, demikian anggapan orang, dibuat untuk digunakan oleh para pengkhianat.The Preliminary Discourse to the Koran, p. 79.
Kalimat-kalimat di atas tampaknya merujuk kepada versi-versi dari kedua naskah yang dikenal, versi bahasa Italia dan bahasa Spanyol.

Kemunculan Injil Barnabas sebelumnya

Sebuah "Injil menurut Barnabas" disebutkan dua kali dalam daftar karya-karya apokrif Kristen perdana: Decretum Gelasianum (tidak lebih tua dari abad ke-6), serta tulisan dari \abad ke-7 List of the Sixty Books (Daftar ke-60 Kitab) [1]. Daftar-daftar ini adalah saksi-saksi independen, tetapi dalam kedua kasus di atas kita tidak dapat memastikan apakah si penyusun benar-benar telah melihat kesemua karya yang didaftarkan itu. Lebih jauh, daftar-daftar ini tidak memberikan rincian tentang isi karya-karya itu, dan tidak ada alasan untuk mengasumsikan bahwa teks Injil Barnabas dari abad ke-6 dan ke-7 ini adalah teks yang sama dengan yang kita bicarakan sekarang. M. R. James, New Testament Apocrypha (1924) menyangkal bahwa karya-karya yang disebutkan dalam daftar itu memang benar-benar pernah ada.
Karya ini tidak boleh dicampurkan dengan Surat Barnabas yang selamat, yang diduga telah ditulis pada abad ke-2 di Alexandria. Antara kedua tulisan ini tidak ada hubungan dalam gaya tulisan, isi atau sejarahnya, selain bahwa kedua-duanya menganggap dirinya ditulis oleh Barnabas. Tentang masalah sunat, kedua pengarang memegang pandangan yang sangat berbeda. Pandangan 'Surat Barnabas' yang menolak praktik-praktik Yahudi dan pandangan 'Injil Barnabas' yang menganjurkan praktik-praktik Muslim. Keduanya pun tidak boleh dibingungkan dengan Kisah perbuatan Barnabas yang telah ditemukan, yang menyampaikan laporan tentang perjalanan, kematian Barnabas sebagai seorang martir dan penguburannya; dan yang pada umumnya diduga telah ditulis di Siprus sekitar setelah 431.
Pada 478, pada masa pemerintahan Kaisar Zeno, uskup agung Anthemios dari Siprus mengumumkan bahwa sebuah tempat penguburan tersembunyi dari Barnabas telah dinyatakan kepadanya dalam sebuah mimpi. Tubuh orang suci itu konon telah ditemukan di sebuah gua dengan sebuah salinan dari Injil Matius yang kanonik di dadanya. Hal ini disampaikan oleh Theodorus Lector yang sezaman, yang kemungkinan sekali hadir ketika tulang-tulang dan kitab Injil itu dipersembahkan oleh Anthemios kepada kaisar. Sejumlah peneliti yang menegaskan bahwa Injil Barnabas itu memang sebuah naskah kuno mengajukan pendapat bahwa teks yang konon ditemukan pada 478 harus diidentifikasikan sebagai Injil Barnabas, tetapi tidak ada saksi sezaman yang mendukung pandangan ini. Menurut sebuah tradisi abad pertengahan yang dilestarikan di biara Sumela di selatan Trabzon, relikui-relikui Barnabas kemudian dipersembahkan kepada biara itu oleh Yustinianus; tetapi kemudian hilang satu abad kemudian ketika tentara-tentara Persia menduduki Alpen Pontus dalam peperangan mereka melawan Heraclius.
Pada 1986, sempat diklaim bahwa sebuah salinan awal Injil ini dalam bahasa Suriah telah ditemukan dekat Hakkari (bdk. Hamza Bektaş dalam İlim ve Sanat Dergisi, Maret-April 1986, dan «Türkiye» dari 25 Juli 1986, "Barnabas Bible Found", dalam Arabia 4/1985/ 1405/ No. 41/ Jan.-Febr./ Rabi Al-Thani, hlm. 46, "Original Bible Barnabas Found in Turkey", dalam The Minaret 12, 3; 1.+ 16. April, 1985, n.p.)[2] Namun demikian, tak lama kemudian dilaporkan bahwa naskah ini sesungguhnya hanya mengandung Alkitab yang kanonik (Ron Pankow, "The Barnabas Bible?", dalam: Arabia 1985/1405//Maret-April/ Rajib, t.t.)[3]

Manuskrip

Manuskrip bahasa Italia

Naskah dalam bahasa Italia milik Pangeran Eugene dipersembahkan kepadanya pada 1709 oleh John Frederick Cramer. Naskah ini tampaknya berasal dari abad ke-16. Pada 1738 naskah ini dengan seluruh isi perpustakaannya sang Pangeran dipindahkan ke Hoffbibliothek Wina, dan masih bertahan di sana di Perpustakaan Nasional Austria. Halaman-halaman dari manuskrip bahasa Italia ini dibingkai dalam gaya Islam, dan memuat pembagian pasal dan catatan-catatan pinggir dalam bahasa Arab yang tidak teratur tata bahasanya, dan dengan bahasa Arab yang keliru (sesekali dengan kata bahasa Turki, dan banyak ciri sintaksis Turki), catatan pinggir ini margin merupakan penafsiran yang kasar dalam bahasa Arab terhadap ayat-ayat tertentu. Sampulnya dalam bahasa Turki, dan kelihatannya asli. Tetapi kertasnya tampaknya Italia, seperti halnya juga dengan tulisan tangannya (meskipun dengan ejaan yang banyak tidak lazim. Ada slogan-slogan di dasar setiap halaman, sebuah praktik yang umum dalam naskah-naskah yang dipersiapkan untuk dicetak. Naskah ini tampaknya tidak selesai – ke-222 pasalnya diberikan ruang-ruang kosong untuk judul-judul pasal, tetapi hanya 27 ruangan yang telah diisi. Selain itu, ada 38 halaman berbingkai yang sama sekali kosong sebelum teksnya. Diduga bahwa ke dalam halaman-halaman itu akan disalin tulisan-tulisan lain. Naskah versi bahasa Italia inilah yang dijadikan dasar untuk terjemahan Raggs 1907, yaitu terjemahan yang paling umum beredar dalam bahasa Inggris. Terjemahan ini diikuti pada 1908 oleh terjemahan bahasa Arab oleh Khalil Saadah, yang diterbitkan di Mesir.
  • Teks lengkap dalam bahasa Italia ditranskripsikan dengan terjemahan bahasa Inggris dan pengantarnya: Ragg, L dan L - The Gospel of Barnabas. (Clarendon Press, Oxford, England, 1907).
  • Edisi bahasa Italia kedua – dalam kolom-kolom paralel dengan sebuah teks yang dipermodern: Eugenio Giustolisi dan Giuseppe Rizzardi, Il vangelo di Barnaba. Un vangelo per i musulmani? (Milano: Istituto Propaganda Libraria, 1991).
  • Teks lengkap dari naskah bahasa Italia telah diterbitkan dalam bentuk faksimili; dengan terjemahan bahasa Perancis dan komentar yang panjang serta aparatus tekstual: Cirillo L. & Fremaux M. Evangile de Barnabe: recherches sur la composition et l'origine, Paris, 1977, 598 hlm.

[sunting] Manuskrip Spanyol

Naskah Spanyol yang diketahui, lenyap pada abad ke-18 atau ke-19; akan tetapi sebuah salinan abad ke-18 ditemukan pada tahun 1970-an di Fisher Library Universitas Sydney di antara buku-buku milik Sir Charles Nicholson, yang diberi label dalam bahasa Inggris "Transcribed from ms. in possession of the Revd Mr Edm. Callamy who bought it at the decease of Mr George Sale...and now gave me at the decease of Mr John Nickolls, 1745" (Disalin dari manuskrip kepunyaan Pdt. Edm. Callamy yang membelinya ketika Tn. George Sale meninggal dunia … dan kini memberikannya kepada saya ketika Tn. John Nickolls meninggal dunia”. J. E. Fletcher, The Spanyol Injil Barnabas, Novum Testamentum vol. XVIII (1976), p. 314-320.
Perbedaan utama dari naskah Italia ialah bahwa salinan yang selamat tidak mencatat sejumlah besar pasal—yang masih ada dalam naskah asli dalam bahasa Spanyol ketika naskah itu diperiksa oleh George Sale. Teks Spanyolnya didahului oleh sebuah catatan yang mengklaim bahwa naskah itu diterjemahkan dari Bahasa Italia oleh Mustafa de Aranda, seorang penduduk Muslim Aragon di Istanbul. Manuskrip Spanyol ini juga memuat sebuah pendahuluan dari seseorang yang menggunakan nama samaran 'Fra Marino', yang mengklaim bahwa ia telah mencuri salinan versi Italia itu dari perpustakaan Paus Siktus V. Fra Marino melaporkan bahwa setelah memiliki kedudukan di Pengadilan Inkuisisi, ia akhirnya memiliki sejumlah karya, yang membuatnya percaya bahwa teks Alkitab telah dipalsukan, dan bahwa teks-teks apostolik yang asli telah disingkirkan dengan cara yang tidak semestinya. Fra Marino juga mengklaim bahwa ia telah diperingatkan tentang keberadaan Injil Barnabas, dari sebuah acuan dalam sebuah karya (yang tidak dikenal) oleh Ireneus menentang Paulus; dalam sebuah buku yang telah dipersembahkan kepadanya oleh seorang perempuan bangsawan dari keluarga Colonna (Marino, di luar Roma, adalah lokasi dari Palazzo Colonna).
Teks manuskrip Spanyol telah diterbitkan dengan sejumlah komentar yang panjang:
  • Bernabe Pons L. F. El Evangelio de San Bernabe; Un evangelio islamico espanol, Universidad de Alicante, 1995, 260p

Asal-usul

Beberapa peneliti karya ini berpendapat bahwa Injil Barnabas aslinya adalah sebuah karya Italia, karena di dalamnya terdapat ungkapan-ungkapan yang sangat mirip dengan yang digunakan oleh Dante. Selain meminjam dari karya Dante, menurut mereka si penulis juga mengambil pendahuluan dari versi Spanyol untuk mendukung kesimpulan ini. Para peneliti lainnya mencatat serangkaian persamaan tekstual antara ayat-ayat Injil Barnabas, dan berbagai teks lainnya dari sejumlah harmoni dari keempat Injil kanonik bahasa sehari-hari dari akhir Abad Pertengahan (dalam bahasa Inggris Pertengahan dan bahasa Belanda Pertengahan, tetapi khususnya dalam bahasa Italia Pertengahan); yang semuanya diperkirakan berasal dari sebuah versi Diatessaron karya Tatian (Jan Joosten, "The Gospel of Barnabas and the Diatessaron," Harvard Theological Review 95.1 (2002): 73-96). Hal ini pun akan mendukung pendapat bahwa karya ini aslinya dari Italia.
Para peneliti lainnya berpendapat bahwa versi bahasa Spanyol yang lebih dulu terbit. Menurut mereka, klaim dalam bagian pendahuluan versi bahasa Spanyol bahwa karya itu didasarkan pada sebuah sumber dalam bahasa Italia dimaksudkan untuk mengangkat kredibilitas karya tersebut dengan menghubungkannya dengan Perpustakaan Kepausan. Para peneliti ini mencatat paralel dengan serangkaian karya pemalsuan Morisco, prasasti-prasasti Sacromonte dari Granada, yang berasal dari tahun 1590-an; atau penulisan ulang Morisco atas tradisi-tradisi Kristen dan Islam, yang dihasilkan setelah mereka diusir dari Spanyol (G.A.Wiegers, "Muhammad as the Messiah: A comparison of the polemical works of Juan Alonso with the Gospel of Barnabas", Leiden, Bibliotheca Orientalis, LII, no 3/4, April-Juni 1995, hlm.245-292).
Manuskrip Spanyol yang diklaim ditulis di Istanbul, dan manuskrip Italia yang selamat mempunyai beberapa ciri Turki; jadi, apakah bahasa aslinya bahasa Spanyol atau Italia – Istanbul dianggap oleh kebanyakan peneliti sebagai tempat asal teks yang sekarang. Pandangan ini telah menambahkan kredibilitas, dalam arti bahwa banyak teks kuno Kristen dan patristik mungkin masih ditemukan, pada abad ke-16, dalam perpustakaan-perpustakaan Yunani di Istanbul - Konstantinopel kuno – dan bahwa kota itu memiliki sejumlah komunitas yang cukup besar yang berbahasa Yunani, Italia dan Spanyol.
Setelah jatuhnya Granada Moor pada 1492, populasi Mudejar dan Sephardi (orang-orang Muslim dan Yahudi yang menolak untuk berpindah ke agama Kristen) diusir dari Spanyol. Meskipun sebagian mulanya menemukan tempat perlindungan di Italia (khususnya Venezia), kebanyakan bermukim di Kesultanan Ottoman. Di sana orang-orang Yahudi yang berbahasa Spanyol membangun sebuah sub-kultur yang kaya di Istanbul dengan industri cetak yang maju dalam bahasa Ibrani dan Ladino. Jumlah ini semakin meningkat setelah 1550, setelah kampanye penganiayaan oleh Inkuisisi Venezia terhadap orang-orang Italia anti-Trinitarian dan Yahudi. Meskipun ajaran Islam pada saat ini sangat menentang pencetakan teks-teks Islam atau yang berbahasa Arab, pencetakan bahan-bahan non-Muslim pada prinsipnya tidak dilarang. Bahkan ada upaya-upaya pada 1570-an oleh pihak-pihak anti-Trinitarian untuk membangun sebuah percetakan di ibukota Turki untuk menerbitkan karya-karya Protestan radikal. Dalam pengantar berbahasa Spanyol, Fra Marino mencatat keinginannya agar Injil Barnabas dicetak, dan satu-satunya tempat di Eropa yang memungkinkannya pada akhir abad ke-16 adalah Istanbul.
Namun demikian, segelintir peneliti curiga bahwa ciri-ciri 'Turki' yang tampak jelas dalam manuskrip Italia; khususnya anotasi-anotasi berbahasa Arab, yang mereka nilai begitu penuh dengan kesalahan-kesalahan mendasar sehingga kemungkinan sekali tidak ditulis di Istanbul (bahkan oleh seorang penulis Italia). Secara khusus, mereka mencatat bahwa penonjolan syahadat versi Italia ke dalam bahasa Arab, tidak persis sama dengan rumusan ritual standar yang diucapkan setiap hari oleh setiap Muslim. Para peneliti ini cenderung untuk menyimpulkan dari berbagai inkonsistensi ini bahwa kedua manuskrip kemungkinan merupakan sebuah percobaan pemalsuan forensik, dan mereka cenderung menyimpulkan bahwa tempat penulisannya adalah Roma.
Sedikit akademikus menyatakan bahwa teks ini, dalam bentuknya yang sekarang, tidak berasal dari masa lebih awal daripada abad ke-14–16; meskipun segelintir dari mereka menganggapnya mengandung bagian-bagian dari sebuah karya yang lebih awal, dan hampir semuanya menemukan pengaruh dari sumber-sumber yang lebih tua— terutama sekali teks Vulgata dari Alkitab bahasa Latin. Akibatnya kebanyakan peneliti sepakat bahwa teks yang ada sekarang mengandung stratifikasi sekurang-kurangnya tiga lapisan komposisi yang berbeda:
  • sebuah lapisan editorial yang berasal dari tahun 1590-an; dan terdiri, sekurang-kurangnya, dari pendahuluan dalam bahasa Spanyol dan anotasi-anotasi dalam bahasa Arab,
  • sebuah lapisan komposisi naratif dalam bahasa vernakular, entah dalam bahasa Spanyol atau Italia, dan berasal dari masa tidak lebih tua daripada pertengahan abad ke-14,
  • sebuah lapisan yang berasal dari bahan-bahan sumber yang lebih awal, yang hampir dapat dipastikan diteruskan kepada si pengarang/penerjemah bahasa vernakular ke dalam bahasa Latin; dan terdiri, sekurang-kurangya, atas nas-nas yang panjang di dalam Injil Barnabas yang sangat sejajar dengan perikop-perikop dalam kitab-kitab Injil kanonik; tetapi yang lapisan yang ada di baliknya jelas berbeda dengan bahasa Latin pertengahan Vulgata (seperti misalnya dalam versi alternatif dari Doa Bapa Kami dalam pasal 37, yang menyertakan doksologi penutup, bertentangan dengan teks Vulgata, tetapi sesuai dengan Diatessaron dan banyak tradisi varian yang lebih tua lainnya);
Banyak dari kontroversi dan pertikaian menyangkut otentisitas Injil Barnabas dapat diungkapkan kembali sebagai perdebatan apakah tema-tema yang jelas-jelas sangat menyinggung (dari perspektif Kristen ortodoks) sudah ada dalam bahan-bahan sumber yang dipergunakan oleh seorang pengarang vernakular abad ke-14–16, mungkinkah tulisan itu adalah hasil dari si pengarang sendiri, atau mungkinkah tulisan itu diinterpolasikan oleh penyunting yang belakangan. Para peneliti yang menganggap tema-tema partikular ini sebagai tulisan yang berasal dari masa Kristen perdana, toh pada umumnya tidak menyangkal bahwa bahwa bagian-bagian lain dari Injil ini mungkin berasal dari masa yang belakangan dan anakronistik; sementara mereka yang menolak otentisitas dari tema-tema partikular ini biasanya menyangkal bahwa bagian-bagian lain dari Injil ini mungkin menyampaikan bacaan atau penafsiran yang berbeda dari zaman Kristen perdana.

Analisis

Karya ini memiliki paralel yang kuat dengan iman Islam, bukan hanya dengan menyebutkan Muhammad langsung dengan namanya, tetapi juga mencakup syahadat (pasal 39). Nada kitab ini sangat anti-Paulus dan anti-Trinitarian. Dalam karya ini, Yesus digambarkan sebagai seorang nabi dan bukan anak Allah, sementara Paulus digambarkan telah "diperdayakan". Lebih jauh, Injil Barnabas menyatakan bahwa Yesus selamat dari penyaliban karena ia diangkat hidup-hidup ke surga, sementara Yudas Iskariot sang pengkhianat — secara ajaib diubah — disalibkan sebagai gantinya. Keyakinan-keyakinan ini; khususnya bahwa Yesus adalah seorang nabi Allah dan diangkat hidup-hidup tanpa disalibkan; sesuai dengan keyakinan Islam. Namun demikian, nas-nas yang lain berlawanan dengan teks/ajaran-ajaran Al Qur'an; seperti misalnya dalam cerita tentang Kelahiran Yesus, di mana Maria digambarkan telah melahirkan Yesus tanpa mengalami rasa sakit; atau seperti dalam pelayanan Yesus, di mana ia mengizinkan orang minum anggur dan menganjurkan monogami. Tema-tema naratif, dan sejumlah ungkapan yang sangat khas, juga terdapat dalam Comedia Divina karya Dante (Ragg). Bila (seperti yang disimpulkan oleh kebanyakan peneliti) Injil Barnabas dianggap sebagai upaya untuk mensintesiskan unsur-unsur dari agama Kristen dan Islam, maka dapat dikatakan adana kesejajaran dalam tulisan-tulisan Morisco dan anti-Trinitarian; tetapi sebelumnya tidak pernah terjadi hal seperti ini.
Versi Spanyol mencakup sebuah laporan tentang ditemukannya Injil Barnabas di ruang belajar pribadi Paus Siktus V (1585-1590), sebuah laporan yang bagi banyak peneliti tampaknya secara historis tidak cocok; dan hal ini, besama-sama dengan berbagai inkonsistensi paleografi dalam manuskrip Italia yang bertahan, telah membuat sejumlah pakar menyimpulkan bahwa kedua manuskrip yang dikenal itu telah disiapkan untuk mendukung sebuah percobaan dalam pemalsuan forensik, yang dimaksudkan untuk mendiskreditkan atau menjebak sejumlah tokoh gereja Katolik Roma terkemuka di kalangan Kuria Roma pada 1590-an (David Sox; The Gospel of Barnabas 1984). Ada sejumlah paralel sezaman bagi usaha seperti ini – khususnya "Casket Letters" yang konon dipalsukan untuk menuduh Mary, Ratu Skotlandia. Oleh karena itu, sebagian sarjana yang mengikuti pandangan ini menolak keseluruhan Injil ini dan menganggapnya sebagai sebuah hoax; tetapi mayoritas akan menganggap bahwa lebih besar kemungkinannya bahwa mereka yang dituduh sebagai pemalsu itu memanfaatkan teks heterodoks yang telah ada sebelumnya.

Tema-tema keagamaan

Injil Barnabas tidak banyak dikenal di luar kalangan akademik hingga belakangan ini, ketika sejumlah orang Muslim menerbitkannya untuk berargumen dengan konsepsi Kristen ortodoks tentang Yesus. Pada umumnya karya ini lebih menggemakan pandangan-pandangan Muslim yang ada daripada pandangan Kristen: karya ini meramalkan kedatangan Muhammad dengan menyebutkan namanya; bukannya menggambarkan penyaliban Yesus, kitab ini menggambarkan bahwa ia diangkat ke surga, serupa dengan gambaran tentang Elia dalam 2 Raja-raja, pasal 2; dan kitab ini menyebut Yesus seorang "nabi" yang misinya dibatasi hanya pada "bani Israel". Namun demikian, karya ini juga berbeda dengan konsepsi Islam dalam sekurang-kurangnya dua hal penting; karya ini melaporkan bahwa Muhammad, dan bukan Yesus, yang disebut Mesias, sementara Qur'an dan Hadits sama-sama menyebut Yesus sebagai Mesias, dan tidak ada varian ortodoks Islam manapun yang menyebut Muhammad sebagai Mesias. Selain itu, karya ini secara eksplisit menyangkal doktrin-doktrin Islam (dan Kristen) tentang penghakiman mutlak dan pra-pengetahuan Allah — dengan menyatakan bahwa, dalam masalah perdamaian: "Allah menunggu manusia untuk bertobat" (pasal 114); sedemikian rupa sehingga jiwa-jiwa orang yang jahat di Neraka pada akhirnya dapat diselamatkan pada akhir zaman, bila mereka bersedia bertobat (pasal 113); sementara orang-orang yang benar —bahkan orang-orang suci dan para nabi— tidak dapat selamat dari rasa takut akan penghukuman; karena tidak ditolak kemungkinan bahwa suatu saat di masa mendatang, karena terlalu yakin akan kebenaran mereka sendiri, mereka terjatuh ke dalam kesombongan (pasal 112).
Karya ini memuat sebuah polemik yang panjang melawan doktrin predestinasi (pasal 164), dan mendukung ajaran pembenaran oleh iman; bahwa tujuan kekal jiwa ke surga atau neraka tidak ditetapkan sebelumnya oleh karunia Allah (seperti dalam Calvinisme), ataupun penghakiman Allah, dalam belas kasih-Nya, terhadap iman orang-orang percaya di muka bumi (seperti dalam Islam ortodoks). Sebaliknya dinyatakan bahwa mereka yang dihukum pada penghakiman terakhir, tetapi yang kemudian menjawab dalam iman, yang memeprlihatkan penyesalan yang sungguh-sungguh, dan yang membuat pilihan bebas untuk diberkati, pada akhirnya akan memperoleh perdamaian (pasal 137). Hanya mereka yang tetap sombong akan terhalang dari pertobatan yang sungguh-sungguh dan karenanya akan tetap tinggal di dalam neraka.
Keyakinan Pelagian yang sangat radikal ini pada abad ke-16 ditemukan di antara tradisi-tradisi Protestan anti-Trinitarian di kemudian hari yang disebut sebagai Unitarianisme. Beberapa tokoh anti-Trinitarian abad ke-16 berusaha mempertemukan agama Kristen, Islam dan Yudaisme; bedasarkan argumen-argumen yang mirip sekali dengan apa yang diajukan dalam Injil Barnabas, dengan mengatakan bahwa bila perdamaian tetap tidak terpecahkan hingga akhir zaman, maka agama manapun dari ketiga agama ini dapat menjadi jalan yang sahih untuk masuk ke surga bagi para pemeluknya. Miguel de Servetus dari Spanyol, menolak rumusan Kristen ortodoks tentang Tritunggal (membuktikan bahwa satu-satunya rujukan yang eksplisit terhadap Tritunggal dalam Perjanjian Baru sebagai interpolasi di kemudian hari); dan berharap dengan demikian dapat menjembatani perbedaan doktriner antara agama Kristen dan Islam. Pada 1553 ia dihukum mati di Geneva di bawah kekuasaan Yohanes Calvin, tetapi ajaran-ajarannya tetap sangat berpengaruh di antara para pelarian Protestan Italia. Pada akhir abad ke-16 banyak anti-Trinitarian, yang dianiaya baik oleh kaum Calvinis maupun oleh Inkuisisi, mencari perlindungan di Transylvania; yang saat itu berada di bawah perlindungan Turki dan memiliki hubungan yang erat dengan Istanbul. (Christopher J. Burchill:The Heidelberg Antitrinitarians Bibliotheca Dissidentium: vol XI, Baden-Baden 1989,308p).
Termasuk dalam pasal 145 adalah "Buku kecil Elia"; yang memberikan pengajaran tentang kehidupan yang benar berupa spiritualitas asketik dan pertapa. Dalam 47 pasal berikutnya, Yesus dicatat mengembangkan sebuah tema bahwa para nabi dari zaman purbakala, khususnya Obaja, Hagai dan Hosea, adalah para pertapa suci yang mengikuti aturan-aturan keagamaan ini; dan mengkontraskan para pengikut mereka – yang disebut sebagai "orang-orang Farisi sejati" – dengan "Farisi-Farisi palsu" yang hidup di dunia, dan yang merupakan lawan-lawan utamanya.. Para "Farisi sejati" ini dilaporkan berkumpul di Gunung Karmel. Hal ini cocok dengan ajaran Ordo Karmelit abad pertengahan, yang hidup sebagai kongregasi pertama di gunung Karmel pada abad ke-13; tetapi yang mengklaim (tanpa bukti) sebagai keturunan langsung Elia dan para nabi Perjanjian Lama. Pada 1291 bangsa Mamluk masuk ke Suriah memaksa para biarawan di Karmel untuk meninggalkan biara mereka, tetapi ketika menyebar di seluruh Eropa Barat mereka mendirikan kongregasi Karmelit Barat – khususnya di Italia – dan telah meninggalkan kehidupan pertapa dan idealisme asketik, dan sebaliknya mengambil kehidupan biara dan misi dari para Ordo Mendikan lainnya. Sebagian peneliti menganggap bahwa kontroversi-kontroversi yang muncul pada abad ke-14 hingga ke-16 dapat ditemukan tercermin dalam teks Injil Barnabas.
Injil ini juga sesekali mengambil nada yang sangat anti-Paulin, dengan mengatakan pada awal versi Italia: "banyak orang yang diperdayakan oleh Setan, dengan berpura-pura saleh, mengajarkan doktrin yang paling keji, yang menyebut Yesus anak Allah, menolak sunat yang diperintahkan oleh Allah untuk selama-lamanya, dan mengizinkan setiap daging yang haram: di antaranya juga Paulus telah diperdayakan."

Ramalan tentang Nabi Muhammad s.a.w.

Injil Barnabas mengklaim bahwa Yesus meramalkan kedatangan Nabi Muhammad s.a.w., sehingga cocok dengan Qur'an yang menyebutkan:
"Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata!" (Surah 61)
Ahmad adalah nama lain dari Muhammad. Sebuah tradisi ilmiah Islam mengaitkan nas Qur’an ini dengan rujukan-rujukan Perjanjian Baru kepada Parakletos (Yohanes 14:16, 14:26, 15:26, 16:7). Kata Yunani "parakletos" dapat diterjemahkan menjadi "Penghibur"; dan dalam tradisi Kristen, kata ini dikatakan merujuk kepada Roh Kudus. Sebagian sarjana Muslim telah mencatat kemiripannya dengan kata Yunani "periklutos" yang dapat diterjemahkan sebagai "yang terpuji"; atau dalam bahasa Arab, "Ahmad".
Nama "Muhammad" seringkali disebutkan secara tegas dalam Injil Barnabas, seperti dalam kutipan berikut:
"Yesus menjawab: `Nama sang Mesias adalah yang terpuji, karena Allah sendiri telah memberikan nama itu ketika Ia menciptakan jiwanya, dan menempatkannya di dalam kemuliaan surgawi. Allah berkata: "Nantikanlah Muhammad; demi engkau, Aku akan menciptakan firdaus, dunia, dan begitu banyak makhluk, yang akan Aku serahkan kepadamu sebagai hadiah, sedemikian rupa sehingga barangsiapa memberkai engkau, dia akan diberkati, dan barangsiapa mengutuk engkau, ia akan dikutuk. Ketika Aku mengutus engkau ke dalam dunia, Aku akan mengutus engkau sebagai utusan keselamatan-Ku dan kata-katamu akan menjadi kenyataan, sedemikian rupa sehingga meskipun langit dan bumi akan gagal, imanmu tidak akan pernah gagal." Muhammad adalah namanya yang diberkati.' Kemudian khalayak itu mengangkat suara mereka, lalu berkata, `O Allah, utuslah kepada kami utusan-Mu: O Yang Terpuji, datanglah segera demi perdamaian dunia!'" Barnabas 97:9-10. Manuskrip Italia mengganti "Yang Terpuji" dengan "Muhammad" [4].
Namun demikian, sementara ada banyak nas di mana Injil Barnabas memberikan bacaan alternatif terhadap perikop-perikop yang terdapat dalam Injil-injil kanonik, tak ada satupun rujukan kepada Muhammad yang langsung menyebut namanya muncul dalam nas-nas sinoptik; dan khususnya, tak ada satupun rujukan kepada "Muhammad" di dalam Barnabas yang sesuai dengan rujukan "Parakletos" dalam Injil Yohanes yang kanonik. Hanya ada satu kesempatan di mana Injil Barnabas dapat dianggap "mengoreksi" sebuah perikop kanonik yang dikenal, sehingga mencatat sebuah nubuat oleh Yesus tentang seorang Utusan Allah (yang tidak disebutkan namanya):
Lalu Yesus berkata: "Akulah suara yang berseru-seru di seluruh Yudea, dan berkata: "Persiapkanlah jalan untuk utusan Tuhan," bahkan sebagaimana tertulis dalam Yesaya." Mereka berkata: "Bila engkau bukanlah Mesias atau Elia, atau nabi manapun juga, mengapa engkau mengajarkan suatu ajaran yang baru, dan membuat dirimu lebih penting daripada Mesias?" Yesus menjawab: "Mujizat yang Allah kerjakan melalui tanganku membuktikan bahwa aku berbicara tentang apa yang Allah kehendaki; akupun tidak membuat diriku sebagai dia yang engkau katakan. Karena aku tidak layak untuk melepaskan tali kasut ataupun pengikat sepatu Utusan Allah yang engkau sebut "Mesias," yang telah diciptakan sebelum aku, dan datang setelah aku, dan akan membawa firman kebenaran, sehingga imannya tidak akan pernah berakhir." (Pasal 43):
Nas ini sangat mirip dengan ayat-ayat dalam Injil Yohanes 1:19-30 yang kanonik, kecuali bahwa dalam nas ini, kata-kata tersebut diucapkan oleh Yohanes Pembaptis (di dalam Qur'an; Yahya ibn Zakariya) dan merujuk kepada Yesus.

Muhammad sebagai Sang Mesias

Menurut salah satu versi dari Injil Barnabas:
'Kemudian imam itu berkata: "Dengan nama apakah Mesias itu akan dipanggil?" {Yesus menjawab} "Muhammad adalah namanya yang diberkati" ' (ps. 97).
dan
Yesus mengaku, dan mengatakan kebenaran: "Aku bukanlah Mesias itu." (ps. 42:2)
Seperti telah disebutkan di atas, pernyataan-pernyataan ini tampaknya mengkontradiksikan keyakinan Islam. Namun demikian, seorang apologet Muslim terkenal, Ahmed Deedat berpendapat bahwa karena "Mesias" artinya sekadar "dia yang diurapi", maka kata itu dapat dihubungkan dengan nabi manapun, dan Yesus tentu memaksudkan bahwa Muhammad diurapi oleh Allah.
Namun demikian, mengenai Mesias sebagai sinonim dengan orang yang diurapi, hal ini tidak konsisten dengan konotasi yang kompleks dari Mesias menurut orang-orang Yahudi dari abad ke-1. Lihat Mesias. Mesias merujuk kepada seorang pribadi; dua orang tidak mungkin bersama-sama menjadi Sang Mesias. Mesias adalah seorang pemimpin Yahudi, yang berjuang dengan orang-orang Yahudi untuk memulihkan mereka menjadi suatu bangsa yang aman. Islam tidak mengatribusikan sifat ini kepada Muhammad.
Bila penulis Injil Barnabas telah berpengalaman dalam sebuah komunitas Kristen, ia akan paham makna Mesias yang berbeda. Dalam Dunia Kristen, kata ini telah mengandung konotasi dari seorang penguasa yang telah dinubuatkan yang menyelamatkan orang-orang percaya dari penghukuman. Deskripsi ini cocok sekali dengan pandangan Islam mengenai Muhammad.

Mesias keturunan Ismael

Menurut salah satu versi dari Injil Barnabas, Yesus menyangkal bahwa dialah sang Mesias itu, dan mengklaim bahwa Mesias akan datang dari kalangan keturunan Ismael (yakni, Arab):
"Pada saat itu Yesus berkata: 'Engkau menipu dirimu sendiri; karena Daud di dalam Roh menyebutnya Tuan, dan dengan demikian berkata: "Allah berkata kepada tuanku, duduklah di sebelah kananku, sampai musuh-musuhmu kutaruh di bawah kakimu lawan-lawanmu pijakan kakimu. Allah akan mengirimkan tongkatmu sehingga engkau berkuasa di antara lawan-lawanmu." Bila utusan Allah yang engkau sebut Mesias adalah anak Daud, bagaimana mungkin Daud menyebutnya tuan? Percayalah padaku, karena sesungguhnya aku berkata kepadamu, bahwa janji itu telah dibuat dalam diri Ismael, bukan Ishak.'" (Barnabas 43:10)
Hajj Sayed (Anggota Senior dari CIMS), dalam bukunya yang baru di Mesir, membandingkan hal ini dengan pernyataan berikut dari Alkitab yang kanonik :
"Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" Kata mereka kepada-Nya: "Anak Daud." Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Matius 22:42-46
Menurut Injil-injil kanonik, Yesus adalah "anak" (keturunan) Daud; karenanya, Hajj Sayed berpendapat bahwa pernyataan ini menguatkan pendapat Injil Barnabas.
Gagasan tentang Mesias sebagai seorang Arab juga ditemukan dalam pasal yang lain dari Injil Barnabas:
"Bila aku melakukan kejahatan, tegurlah aku, dan Allah akan mengasihimu, karena engkau melakukan kehendak-Nya, akan tetapi bila tak seorang pun dapat menegur dosaku, maka itu adalah tanda bahwa engkau bukanlah anak-anak Abraham sebagaimana yang engkau katakan, dan engkau bukanlah bagian dari Dia yang ke dalamnya Abraham terhisab. Sebagaimana Allah yang hidup, demikianlah dalamnya kasih Abraham kepada Allah, sehingga ia tidak hanya menghancurkan semua berhala dan meninggalkan ayah dan ibunya, tetapi juga bersedia mengurbankan anaknya sendiri dalam ketaatan kepada Allah.
Imam agung menjawab: "Aku menanyakan hal ini kepadamu, dan aku tidak berusaha membunuh engkau, karena itu katakanlah kepada kami: Siapakah putra Abraham itu?" Yesus menjawab: "Semangat kehormatan-Mu, ya Allah, membakar diriku, dan aku tidak dapat berdiam diri. Sesungguhnya aku berkata, putra Abraham adalah Ismael, dan daripadanya akan datang Mesias yang dijanjikan kepada Abraham, bahwa di dalam dia semua suku di muka bumi akan diberkati." Mendengar hal itu, imam agung murka, dan berseru: "Baiklah kita merajam orang yang durhaka ini, karena ia adalah seorang keturunan Ismael, dan ia telah menghujat Musa dan Hukum Allah." (Barnabas 208:1-2)
Di sini, salah satu versi Injil Barnabas juga mengutip Yesus yang mengatakan bahwa anak Abraham yang dikurbankan adalah Ismael, bukan Ishak, sesuai dengan keyakinan Islam tetapi berlawanan dengan keyakinan Yahudi dan Kristen. Dapat pula ditarik kaitan antara pernyataan dalam alinea terakhir bahwa "di dalam dia semua suku di muka bumi akan diberkati", dengan makna nama "Muhammad", yang "Dipuji (atau Berbahagia)". (Bdk.Life of Prophet Muhammad).

Yesus bukan Allah ataupun Anak Allah

Menurut Injil Barnabas, Yesus meramalkan dan menolak penyembahan dirinya sebagai Allah:
dan setelah mengatakan hal ini, Yesus memukul wajahnya dengan kedua tangannya, dan kemudian menutupi tanah dengan kepalanya, sambil berkata: "Terkutuklah barangsiapa yang memasukkan ke dalam ucapan-ucapanku bahwa aku adalah anak Allah" (53:6)
dan setelah berkata demikian Yesus keluar dari Bait Allah. Dan rakyat mengagungkannya, karena mereka membawa semua orang yang sakit yang dapat mereka kumpulkan, dan Yesus setelah berdoa memulihkan kesehatan mereka: oleh karena itu, pada hari itu di Yerusalem tentara-tentara Romawi, melalui pekerjaan Setan, mulai menghasut rakyat, sambil berkata Yesus adalah Allah Israel, yang telah datang untuk melawat umat-Nya." (69:6)
Yesus menjawab: "Dan engkau; menurut engkau siapakah aku?" Petrus menjawab: "Engkau adalah Kristus, anak Allah". Lalu Yesus menjadi marah, dan dengan murka Yesus menegurnya sambil berkata: "Pergilah daripadaku, karena engkau adalah iblis yang berusaha membuat aku berdosa" (70:1)
Yesus berkata lagi: "Aku mengaku di hadapan surga, dan meminta kesaksian dari semua yang hidup di muka bumi, bahwa aku adalah seorang asing bagi semua orang yang telah berkata tentang aku, yakni, bahwa aku lebih daripada seorang manusia biasa. Karena aku, yang lahir dari seorang perempuan, takluk kepada penghakiman Allah; yang hidup di sini seperti semua orang lainnya, sama-sama dapat mengalami penderitaan yang sama." (94:1)
Kemudian imam itu menjawab, dengan gubernur dan raja: "Jangan sesali dirimu, O Yesus, yang kudus dari Allah, karena di masa kita pemisahan ini tidak akan ada lagi, karena kami akan menulis kepada senat Romawi yang suci dengan cara yang sedemikian bijaksana sehingga dengan dekrit kaisar tak seorangpun akan menyebut engkau Allah atau anak Allah." Kemudian Yesus berkata: "Kata-katamu tidak menghibur aku, karena ketika engkau mengharapkan terang, kegelapanlah yang akan datang; tetapi penghiburanku terdapat dalam kedatangan sang Utusan, yang akan menghancurkan setiap pandangan yang salah tentang aku, dan imannya akan menyebar dan akan menguasai seluruh dunia, karena demikianlah yang telah Allah janjikan kepada Abraham bapak kita." (97:1)
Hal ini sepenuhnya cocok dengan keyakinan Islam yang menyatakan bahwa Yesus ini adalah manusia dan seorang nabi. Menurut sejumlah hadits, Yesus akan kembali ke muka bumi di masa depan dan menyatakan kepada dunia bahwa ia adalah "seorang hamba Allah". Menurut Imam Anwar Al-Awlaki dalam ceramah audionya Lives of the Prophets, hal pertama yang dikatakan oleh nabi Isa ketika ia berada di buaiannya adalah "Sesungguhnya aku ini hamba Allah", dan hal pertama yang akan dikatakan oleh Isa ketika ia kembali ke muka bumi adalah hal yang sama, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah". Menurut Qur'an:
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina", Maryam dipanggil "saudara perempuan Harun", karena ia seorang wanita yang shaleh seperti keshalehan Nabi Harun a.s. maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?" Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. (Surat Maryam:27-35)

Paulus dan Barnabas

Hajj Sayed berpendapat bahwa deskripsi Surat Galatia tentang pertikaian antara Paulus dan Barnabas mendukung gagasan bahwa Injil Barnabas telah ada di masa Paulus. Blackhirst, sebaliknya, telah mengajukan pendapatnya bahwa laporan Galatia tentang argumen ini dapat menjadi alasan bagi si penulis Injil ini untuk mengatribusikannya kepada Barnabas.[5] Paulus menulis dalam (Galatia pasal 2):
"Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?." (Surat Galatia 2:11-14)
Paulus di sini menyerang Petrus dan Barnabas karena "berusaha memuaskan orang-orang Yahudi" dengan tetap berpegang pada hukum-hukum mereka, seperti sunat. Hal ini memperlihatkan, pada saat itu, bahwa Barnabas mengikuti Petrus dan tidak setuju dengan Paulus. Sebagian merasa bahwa hal ini juga menunjukkan bahwa para penduduk Galatia pada waktunya itu menggunakan sebuah Injil atau sejumlah Injil yang bertentangan dengan keyakinan-keyakinan Paulus, dan Injil Barnabas bisa merupakan salah satu di antaranya (meskipun Injil Petrus mestinya adalah kandidat yang lebih wajar, mengingat isi surat yang kedua.). Terhadap laporan Galatia ini, kita dapat membandingkannya dengan Pengantar Pasal Injil Barnabas, di mana kita membaca:
"Saudara-saudara yang terkasih, Allah yang besar dan ajaib pada hari-hari terakhir ini telah mengunjungi kita melalui nabinya Yesus Kristus dalam in great mercy of teaching dan miracles, karena alasan itulah banyak orang, yang telah diperdayakan oleh Setan, dengan berpura-pura saleh, mengajarkan doktrin yang paling jahat, menyebut Yesus anak Allah, menolak sunat untuk telah diperintahkan Allah untuk selama-lamanya, dan mengizinkan setiap daging yang tidak halal; di antara mereka juga Paulus telah diperdayakan, dan tentang itu aku berbicara dengan penuh duka cita; karena itulah aku menuliskan kebenaran yang telah aku lihat dan dengar, dalam pergaulan yang telah kuperoleh bersama Yesus, agar engkau dapat diselamatkan, dan tidak terpedaya oleh Setan dan binasa dalam penghakiman Allah. Oleh karena itu, waspadalah terhadap siapapun yang mengajarkan kepadamu ajaran yang baru yang bertentangan dengan apa yang aku tulis, agar engkau dapat diselamatkan untuk selama-lamanya." (Introduction To the Gospel of Barnabas)
Dalam konteks ini, perhatikan pula bahwa Petrus adalah salah satu dari ke-12 murid Yesus, dan Barnabas adalah salah seorang pengikut pertama Yesus, sementara Paulus, seorang warga negara Romawi, tidak pernah hidup bersama Yesus, dan telah biasa menganiaya pengikut-pengikut Yesus sebelum pertobatannya.
Kisah 9:26-27: "Setibanya di Yerusalem Saulus [Paulus] mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul..."
Dari nas-nas sebelumnya, kita juga dapat menyimpulkan bahwa pada mulanya, Paulus dan Barnabas berhubungan baik satu sama lain; namun, pada akhirnya, mereka mulai berbeda dalam keyakinan mereka.
Sebagai kesimpulan, sebagian sarjana Muslim percaya bahwa perbedaan-perbedaan antara Injil Barnabas dan keyakinan Paulus mungkin telah menjadi alasan bahwa Injil Barnabas dan injil-injil lainnya tidak dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru.

Perbedaan-perbedaan non-kanonik lainnya

  • Menurut kutipan berikut ini, Yesus berbicara kepada Barnabas dan memberikan kepadanya sebuah "rahasia":
Sambil menangis Yesus berkata: "O Barnabas, aku harus menyingkapkan kepadamu rahasia-rahasia besar, yang, setelah aku meninggalkan dunia ini, harus engkau singkapkan kelak." Kemudian, menjawablah dia yang menulis, dan katanya: "Janganlah menangis, O guru, dan juga orang-orang lain, karena kita semua adalah orang berdosa. Dan engkau, yang kudus dan nabi Allah, tidaklah layak bagimu untuk menangis seperti itu."
Yesus menjawab: "Percayalah kepadaku, Barnabas bahwa aku tidak dapat menangis sebagaimana yang seharusnya. Karena bila manusia tidak menyebut aku Allah, aku tentu akan melihat Allah di sini sebagaimana Ia tampak kelak di firdaus, dan aku akan selamat dan tidak takut akan hari penghakiman. Tetapi Allah tahu bahwa aku tidak bersalah, karena aku tidak pernah terpikir bahwa aku lebih daripada sekadar seorang hamba yang malang. Tidak, aku katakan kepadamu bahwa andaikan aku tidak disebut Allah, maka aku tentu sudah diangkat ke firdaus bila aku meninggalkan dunia ini, sementara sekarang ini aku tidak akan ke sana hingga hari penghakiman. Sekarang engkau tahu bahwa aku mempunyai alasan untuk menangis.
Ketahuilah, O Barnabas, bahwa karena itulah aku akan mengalami penganiayaan yang hebat, dan akan dijual oleh salah seorang muridku dengan harga tiga puluh keping uang. Karena itu aku yakin bahwa dia yang akan menjualku akan dibunuh atas namaku, karena Allah akan mengangkat aku dari muka bumi, dan akan mengubah wajah si pengkhianat sehingga setiap orang akan percaya bahwa dia adalah aku; namun demikian, bila ia meninggal dalam kematian yang kejam, aku akan tetap tinggal dalam kehinaan tersebut untuk waktu yang lama. Tetapi ketika Muhammad datang, Utusan Allah yang kudus, kehinaan itu akan diangkat. Dan inilah yang akan dilakukan Allah karena aku telah mengakui kebenaran tentang sang Mesias yang akan memberikan kepadaku ganjaran ini, bahwa orang akan tahu bahwa aku hidup dan bahwa aku tidak mengalami kematian yang penuh kehinaan itu."
  • Juga, menurut Injil Barnabas, Yesus menyuruh Barnabas untuk menulis injil ini:
Yesus berpaling kepada dia yang menulis dan berkata: "Barnabas, usahakanlah dengan cara apapun untuk menulis injilku mengenai semua yang telah terjadi sepanjang hidupku di dunia. Dan tuliskanlah dengan cara yang sama apa yang telah terjadi atas diri Yudas, agar orang-orang percaya tidak terpedaya, dan agar setiap orang boleh percaya akan kebenaran."

Anakronisme

Beberapa pembaca telah mencatat bahwa Injil Barnabas mengandung sejumlah anakronisme serta ketidakselarasan historis yang jelas:
  • Injil Barnabas mengatakan bahwa Yesus berlayar menyeberangi Laut Galilea ke Nazaret – yang sesungguhnya berada di darat; dan dari situ "naik" ke Kapernaum – yang sesungguhnya berada di tepi danau (pasal 20-21); meskipun hal ini juga dibantah oleh Blackhirst, yang mengatakan bahwa lokasi tradisional Nazaret sendiri masih dipertanyakan).
  • Yesus dikatakan lahir pada masa pemerintahan Pontius Pilatus, yang dimulai setelah tahun 26 M, padahal Yesus lahir pada tahun 4-6 SM.
  • Pada pembukaan Injil Barnabas ini terdapat dua kesalahan yang serius. Pada permulaan Injil ini tertulis `INILAH INJIL YANG BENAR TENTANG YESUS YANG BERGELAR KRISTUS, SEORANG NABI BARU YANG DIUTUS ALLAH KE DUNIA; MENURUT URAIAN BARNABAS RASULNYA. Ada dua kesalahan pada pembukaan tersebut. Pertama, pada awalnya Yesus diberi gelar Kristus, sementara pada pasal-pasal berikutnya ia menolak gelar Mesias, seperti yang tertulis pada ps. 42, 'Yesus mengaku dan mengatakan kebenarannya, "Aku bukanlah Sang Mesias"'. Tampaknya tidak mungkin bahwa 'Barnabas' yang orang Ibrani ini tidak mengerti bahwa kata Kristus (Yunani, Christos) merupakan terjemahan dari kata Ibrani Ha Massiakh, atau dalam bahasa Arab diterjemahkan menjadi Al-Masih. Kesalahan kedua adalah Barnabas menyatakan diri sebagai Rasul yang dilantik oleh Yesus sendiri, bahkan sempat bergaul secara dekat dengan-Nya. Padahal, dalam sejarah Gereja Purba, Barnabas baru muncul sesudah Kenaikan Yesus ke Surga (lih. Kisah Para Rasul).
  • Adanya penggambaran bahwa Lazarus dan dua orang saudarinya memiliki dua buah desa (ps. 194). Padahal, bila menilik keadaan pada zaman penjajahan Romawi, sangat tidak mungkin ada orang Ibrani bisa memiliki desa, karena dikhawatirkan bahwa hal ini akan dijadikan 'modal' untuk memulai pemberontakan.
  • Tersebutnya dua mata uang Spanyol kuno dalam edisi aslinya, dimana saat Yesus membahas mengenai pembagian uang, tersebutlah bahwa 'Setiap orang yang menukarkan 1 Denarius, ia haruslah mendapat 60 Minuti (ps.54).
  • Adanya kesalahan dalam nilai mata uang. Saat Yesus hendak memberi makan 5000 orang, murid-muridnya berkata bahwa 200 keping emas-pun takkan cukup (untuk memberi makan mereka, ps.98). Padahal, pada zaman itu yang disebut keping emas itu berasal dari Persia, dan bernama Drakhma/Dirham, dengan berat 8 gram. Jadi, dengan uang sebanyak itu, Yesus sebenarnya tidak perlu melakukan mukjizat, karena jumlah uang sebanyak itu pastilah sudah cukup untuk memberi mereka makan.
  • Ada rujukan kepada tahun Yobel yang akan diselenggarakan setiap seratus tahun (pasal 82), ketimbang setiap 50 tahun seperti yang digambarkan dalam Kitab Imamat: 25. Anakronisme ini tampaknya menghubungkan Injil Barnabas dengan deklarasi Tahun Suci pada 1300 oleh Paus Bonifatius VIII. Paus mengumumkan bahwa Tahun Yobel ini harus diulangi setiap seratus tahun. Pada 1343 interval antara Tahun-tahun Suci itu dikurangi oleh Paus Klemens VI menjadi 50 tahun.
  • Adam dan Hawa memakan buah apel (ps. 40); sementara asosiasi tradisional antara buah Pohon Pengetahuan Hal Yang Baik dan Jahat (Kejadian 2) dengan buah apel disebabkan oleh penerjemahan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Latin, di mana 'apel' maupun 'kejahatan' sama-sama diterjemahkan dengan kata 'malum'.
  • Injil ini berbicara tentang anggur yang disimpan di tong-tong kayu – sebuah ciri khas daerah Gaul dan Italia Utara (pasal 152); sementara anggur di Palestina pada abad ke-1 disimpan di kantong-kantong kulit dan bejana (Amphorae). Pedunculate atau Eik Inggris (quercus robur) tidak tumbuh di Palestina; dan jenis-jenis kayu yang lain tidak cukup memiliki jalinan yang cukup ketat terhadap udara untuk digunakan sebagai kotak tong-tong anggur.
  • Dalam pasal 91, "Empat Puluh Hari" dirujuk sebagai puasa tahunan. Ini sesuai dengan tradisi puasa Kristen selama 40 hari pada masa Lent; sebuah praktik yang tidak ada sebelum Konsili Nicea (325). Demikian pula dalam Yudaisme di masa Yesus tidak ada puasa selama 40 hari (lihat Mishnah, Traktat: Taanith "Hari-hari Puasa")
  • Apabila Injil Barnabas memuat kutipan dari Perjanjian Lama, kutipan itu sesuai dengan bacaan yang terdapat dalam Vulgata yang berbahasa Latin; ketimbang dengan teks yang ditemukan dalam Septuaginta yang berbahasa Yunani, atau Teks Masoret yang berbahasa Ibrani.
  • Disinggungnya kisah mengenai Susana dan orang yang menghukumnya (ps.50). Dalam Kristen, kisah ini hanya dijumpai pada Kitab Daniel pasal 13-14. Kedua pasal itu tidak ada dalam Kitab Daniel Perjanjian Lama yang berbahasa Ibrani. Kedua pasal itu merupakan bagian dari kitab orang Yahudi di perantauan (Diaspora), yang disebut Septuaginta, dan sekarang diakui oleh Gereja dan disebut Deuterokanonika, yang artinya Kanon Kedua. Seharusnya Kitab ini belum dikenal pada masa Yesus.
  • Adanya perbedaan mengenai pengertian 'Injil'. Menurut Injil Barnabas, Injil adalah suatu kitab yang berisi ajaran-ajaran yang kemudian dimasukkan ke dalam hati Yesus. Tapi Injil Barnabas sendiri tidak berisi mengenai ajaran-ajaran Yesus saja, tapi juga dengan semua perbuatannya.
  • Pasal 91 mencatat tiga pasukan Yahudi yang berperang dengan kekuatan masing-masing 200.000 orang di Mizpeh, sehingga jumlah keseluruhannya 600.000 orang, pada saat ketika pasukan Romawi di seluruh Kekaisaran mempunyai kekuatan sekitar 300.000 orang.
Para pembaca lainnya menunjukkan bahwa teks-teks keempat Injil itu yang diakui sebagai kanonik juga bukannya tanpa anakronisme (seperti misalnya dalam Lukas 2:3, ketika Quirinius menjadi gubernur Suriah yang bertumpang tindih secara tidak historis dengan pemerintahan Herodes Agung); atau bukannya tanpa ketidakcocokan yang sebanding (seperti dalam laporan Pengadilan Yesus di hadapan Sanhedrin dalam Kitab Injil Markus dan Matius, yang keduanya menyatakan bahwa hal ini terjadi – secara tidak historis – pada malam Paskah).

Perspektif Islam

Beberapa organisasi Islam mengutip karya ini untuk mendukung pandangan Islam tentang Yesus (Isa Almasih), khususnya para pemikir Islam terkemuka Rashid Rida di Mesir dan Sayyid Abul Ala Maududi di Pakistan, kedua-duanya telah menerima injil ini sampai batas tertentu, meskipun Maududi kemudian mengatakan bahwa penyebutan nama Muhammad dalam injil ini adalah sebuah interpolasi.
Sebagian sarjana Muslim juga setuju bahwa Injil Barnabas ini adalah sebuah rekayasa atau telah diubah di kemudian hari, yang lainnya percaya bahwa Barnabas sendirilah yang menulis Injil ini, sedangkan Kitab-kitab Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes ditulis oleh para pengikut Paulus, lama setelah kejadian-kejadian yang mereka gambarkan itu berlalu. Oleh karena itu, Injil Barnabas lebih otentik daripada injil-injil yang lain.
Beberapa orang Muslim mengambil posisi di antara kedua kutub ini dan menyatakan bahwa meskipun karya ini mengandung "interpolasi Muslim"[1], betapapun juga ia mengandung banyak bahan dari masa Kristen Perdana yang mengkontradiksikan tradisi-tradisi Kristen dan mengukuhkan keyakinan-keyakinan Muslim.
Meskipun dalam beberapa hal Injil Barnabas tidak konsisten dengan ajaran Islam, sejumlah sarjana Muslim mengutipnya sebagai bukti dari keaslian Injil dengan argumentasi bahwa tak seorang Muslim pun akan memalsukan sebuah dokumen dan bahwa hal itu bertentangan dalam al-Qur'an. Mereka yakin bahwa kontradiksi-kontradiksi al-Qur'an di dalam Injil Barnabas adalah tanda-tanda kerusakan tekstual yang menurut pemeluk Islam terjadi pada sebagian besar isi Alkitab), tetapi bahwa Injil Barnabas tidak akan sekorup karya-karya keagamaan lainnya, dan masih mempertahankan kebenaran tentang Yesus bahwa ia tidak disalibkan dan bahwa ia bukan Allah ataupun Anak Allah.

Referensi

  1. ^ http://www.answering-Christianity.com/answersamgreen.htm

Pranala luar dan teks

Perspektif Kristen

Perspektif Islam